Mangkok-mangkok plastik kecil dengan beberapa recehan di dalamnya, dan tangan menengagadah milik perempuan dan laki-laki tua penuh kerut pahatan hidup di atasnya lengkap dengan wajah memelas menggugah simpati hingga tangan bergerak merogoh saku untuk tak segan mengeluarkan lembaran-lembaran rupiah. Tak sampai satu meter dari sang penegadah sebelumnya, kondisi yang sama akan terlihat lagi. Bak jamur di musim penghujan. Menjamurnya GEPENG (GEladanangan dan PENGemis)memang tak ada kaitan dengan musim penghujan karena cuaca memang tak lagi tentu di tengah saat ini, kondisi tersebut justru sangat erat kaitannya dengan bulan suci Ramadhan. Ya, GEPENG mulai menjamur sejak beberapa hari menjelang Ramadhan. Dari Ramadhan ke Ramadhan, kondisinya sama bahkan lebih buruk karena jumlahnya yang meningkat dan pemandangan orang-orang yang tergerak hatinya itu menjadi pemandangan yang sangat sangat lumrah. Seperti diketahui bahwa Allah menjanjikan umatnya ganjaran berlipat-lipat untuk amal sekecil apa pun di bulan Ramadhan, sehingga para umat muslim yang berusaha mendapatkan ridha Allah akan sangat berusaha meningkatkan amalnya dengan salah satunya memberi sedeqah.
Ironisnya, kondisi tersebut justru dieksploitasi orang-orang malas, putus harapan, dan berfikir pendek hingga menggantungkan hidup dari welas asih pemberi sedeqah di bulan Ramadhan. Ini bukan suatu bentuk ungkapan kemarahan personal karena sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang mampu, secara lahiriah. Mereka mempunyai fisik yang sempurna yang dapat sangat membantu mereka mendapatkan pekerjaan halal yang lebih layak selain menengadahkan tangan, meminta-minta dari para dermawan. GEPENG tak lagi menjadi kondisi tapi sudah menjadi profesi. Bukan kondisi serba kekurangan dari segi lahiriah misalnya yang memberikan berbagai keterbatasan kepada mereka untuk dapat menghidupi diri sendiri, tapi telah menjadi profesi karena dari sebagian besar GEPENG Ramadhan itu adalah GEPENG musiman. Orang-orang yang meninggalkan pekerjaannya dan beralih profesi menjadi GEPENG kala Ramadhan. Bukan tanpa sebab, melainkan karena hasil dari eksploitasi amal kaum muslim -yang notabene-nya merupakan mayoritas penduduk negeri- akan jauh lebih menjanjikan.
Para pemberi sedeqah sendiri yang telah sangat terbiasa menyalurkan sedeqahnya pada mangkok-mangkok plastik di sepanjang jembatan atau di perempatan jalan akan dibahwa pada pilihan tetap menyalurkan pada mangkok-mangkok itu atau mencari media distribusi sedeqah yang lebih dapat dipercaya hingga apa yang diberi sampai pada tangan yang betul-betul membutuhkan. Sejatinya, semua itu tidak akan menjadi permasalahan karena telah diniatkan untuk memberi, namun akan lebih baik jika kita tahu bahwa pemberian itu akan sampai di tempat yang benar.
Ironisnya, kondisi tersebut justru dieksploitasi orang-orang malas, putus harapan, dan berfikir pendek hingga menggantungkan hidup dari welas asih pemberi sedeqah di bulan Ramadhan. Ini bukan suatu bentuk ungkapan kemarahan personal karena sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang mampu, secara lahiriah. Mereka mempunyai fisik yang sempurna yang dapat sangat membantu mereka mendapatkan pekerjaan halal yang lebih layak selain menengadahkan tangan, meminta-minta dari para dermawan. GEPENG tak lagi menjadi kondisi tapi sudah menjadi profesi. Bukan kondisi serba kekurangan dari segi lahiriah misalnya yang memberikan berbagai keterbatasan kepada mereka untuk dapat menghidupi diri sendiri, tapi telah menjadi profesi karena dari sebagian besar GEPENG Ramadhan itu adalah GEPENG musiman. Orang-orang yang meninggalkan pekerjaannya dan beralih profesi menjadi GEPENG kala Ramadhan. Bukan tanpa sebab, melainkan karena hasil dari eksploitasi amal kaum muslim -yang notabene-nya merupakan mayoritas penduduk negeri- akan jauh lebih menjanjikan.
Para pemberi sedeqah sendiri yang telah sangat terbiasa menyalurkan sedeqahnya pada mangkok-mangkok plastik di sepanjang jembatan atau di perempatan jalan akan dibahwa pada pilihan tetap menyalurkan pada mangkok-mangkok itu atau mencari media distribusi sedeqah yang lebih dapat dipercaya hingga apa yang diberi sampai pada tangan yang betul-betul membutuhkan. Sejatinya, semua itu tidak akan menjadi permasalahan karena telah diniatkan untuk memberi, namun akan lebih baik jika kita tahu bahwa pemberian itu akan sampai di tempat yang benar.