Segala sesuatu yang bersifat general -atau umum atau bisa dibilang lumrah terjadi- itu sedikit membosankan... mengingat, di tengah homogenisasi yang memberi warna adalah mereka yang berhasil menjadi berbeda, khas, unik tapi tetap original. Tidak hanya berlaku untuk manusia di antara manusia lain, tapi berlaku untuk segala hal terjauh sekalipun yang sanggup kamu pikirkan dengan batas ambang daya pikir manusia yang telah ditetapkan Tuhan. Hari ini, entah karena pada dasarnya aku tidak terlalu nyaman menjadi sama dan melakukan yang sama dengan orang lain, atau memang ide-ide brilian lainnya sedang tak ingin mampir untuk diaplikasikan... jadilah hari ini aku menghabiskan waktu di beberapa museum.
sebelum berangkat haruslah menentukan tujuan, search daftar museum di google dan akhirnya dapet daftar museum yang ada di Palembang. Sepatuku hampir menapak di semua museum yang ada itu, meski di satu museum... kakiku hanya diijinkan menapak hingga berandanya saja -LOL- (bad news, hari ini juga aku belum berkesempatan untuk masuk, melihat, dan mengenal isi museum itu). Hal itu juga menunjukkan bahwasannya ada satu pengunjung museum yang potensial disini... hahaha.
Berbekal daftar museum yang ada di Palembang dan tahu persis dimana lokasinya... berangkatlah aku dengan penuh semangat menghabiskan akhir pekan untuk sesuatu yang berbeda. Berbagai ide dan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan berdesakkan bak penumpang busway di Ibukota... tapi sayang seribu sayang harus ada kecewa ketika sampai di depan Musem Dr. A. K. Gani di Jl. M. P. Mangkunegara, pintunya tertutup rapat, sebuah gembok terpasang penuh kuasa, museum tutup. Padahal jelas sekali dari papan pengumuman di depannya bahwa museum itu buka setiap hari untuk waktu tertentu yang aku yakin saat aku menginjakkan kaki disitu adalah saat yang tepat. Tersembunyi di balik sebuah pom bensin... yang terlihat dari luar hanyalah patung Dr. A. K. Gani dari sisi pom bensin, di belakangnya hanyalah bangunan tua tak menarik dari sisi pewarnaan, seperti rumah penduduk biasa, padahal itulah bangunan yang menyimpan banyak informasi penting, sejarah yang membangun apa yang ada saat ini. Bangunan museum kurang dirawat, tak ada staf yang tampak untuk memberi informasi, tak ada pemberitahuan tentang mengapa museum tidak dibuka pada saat itu, dan tak ada pengunjung lain yang datang hingga semua pertanyaan berhenti pada kata tanya.
I will never stop, akan ada saatnya aku bisa masuk ke sana, mungkin memang tidak untuk hari ini. Melangkah ke tujuan selanjutnya Monpera -Monumen Perjuangan Rakyat-, dibangun untuk mengenang pertempuran 5 hari 5 malam yang terjadi di Palembang. Jujur saja, aku juga baru tahu bahwa di dalam monumen itu ada museum yang memuat sejarah revolusi Indonesia... itu pun dari tayangan di televisi, artinya, informasi tentang museum belum tersebar secara merata untuk masyarakat kota Palembang sementara orang-orang dari luar daerah jauh lebih peduli dan peka terhadap hal-hal penting yang ada di kota Palembang. Better late than never, maka jadilah hari ini aku bertransformasi dari manusia yang tak tahu menjadi tahu. Lagi-lagi aku harus menahan kecewa ketika sampai di Monpera dan mendapati bahwa museum dalam keaadaan tidak terbuka untuk umum dan aku harus kembali esok jika masih ingin mendapatkan apa yang aku inginkan... tidak hanya museum Dr. A. K. Gani dan Monpera saja yang tutup, bahkan museum Sultan Mahmud Badaruddin II juga tutup. Hingga muncul satu pertanyaan besar di kepalaku, "Mengapa museum tutup pada hari minggu?", padahal hari minggu adalah hari yang memungkinkan lebih banyak orang datang berkunjung karena terbebas dari kegiatan wajib pada hari kerja. Terbukti dari banyaknya pengunjung yang ada di halaman museum... meski tak sebanyak pengunjung mall, tapi akan sangat bermanfaat jika mereka bisa masuk dan mendapatkan informasi mengenai museum.
I will never stop, akan ada saatnya aku bisa masuk ke sana, mungkin memang tidak untuk hari ini. Melangkah ke tujuan selanjutnya Monpera -Monumen Perjuangan Rakyat-, dibangun untuk mengenang pertempuran 5 hari 5 malam yang terjadi di Palembang. Jujur saja, aku juga baru tahu bahwa di dalam monumen itu ada museum yang memuat sejarah revolusi Indonesia... itu pun dari tayangan di televisi, artinya, informasi tentang museum belum tersebar secara merata untuk masyarakat kota Palembang sementara orang-orang dari luar daerah jauh lebih peduli dan peka terhadap hal-hal penting yang ada di kota Palembang. Better late than never, maka jadilah hari ini aku bertransformasi dari manusia yang tak tahu menjadi tahu. Lagi-lagi aku harus menahan kecewa ketika sampai di Monpera dan mendapati bahwa museum dalam keaadaan tidak terbuka untuk umum dan aku harus kembali esok jika masih ingin mendapatkan apa yang aku inginkan... tidak hanya museum Dr. A. K. Gani dan Monpera saja yang tutup, bahkan museum Sultan Mahmud Badaruddin II juga tutup. Hingga muncul satu pertanyaan besar di kepalaku, "Mengapa museum tutup pada hari minggu?", padahal hari minggu adalah hari yang memungkinkan lebih banyak orang datang berkunjung karena terbebas dari kegiatan wajib pada hari kerja. Terbukti dari banyaknya pengunjung yang ada di halaman museum... meski tak sebanyak pengunjung mall, tapi akan sangat bermanfaat jika mereka bisa masuk dan mendapatkan informasi mengenai museum.
Hasil berkelana di beberapa museum, membuat aku melihat kondisi bangunan-bangunan pusat informasi sejarah suatu daerah bahkan negara, berada dalam kondisi memprihatinkan dengan penataan konvensional dan minimnya staf atau pusat informasi mengenai museum yang bersangkutan. Namun, perjalanan hari ini juga membuktikan bahwa PENGUNJUNG MUSEUM MASIH ADA, dan untuk pengunjung yang masih ada ... keberlangsungan museum juga masih perlu dirawat dan dipromosikan hingga masyarakat setempat mengenal sejarah tempat dia tinggal dan bangsanya. Berharap bahwa semua museum yang ada di Palembang akan buka setiap hari dan mendapat pengunjung lebih banyak dan lebih banyak lagi, dengan kondisi yang semakin membaik dan sejarah di dalamnya tetap terjaga untuk para generasi mendatang.
No comments:
Post a Comment